Hijab & my Passion
Pertama ucapan terimakasih kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan dan kemampuan baik dalam segi kondisi fisik dan finansial
untuk mencicipi indahnya gunung Kawah Ijen dan merasakan pahit manisnya
pendakian. Alhamdulillahirabbilalamin. Fabiayyiaalairabbikumatukadziban. :)
Terimakasih untuk rekan-rekan yang sama-sama berjuang
saat pendakian. Saling memberikan motivasi, saling membantu, saling bertukar
senyum, saling menggenggam, seirama. Pak sopir sekaligus guide selama
pendakian, cc: Adi (pacarnya Fina :D), Fina, Deblong, Bundo, Bu rek, dan si
bungsu Arum :D Terimakasih telah menjadi teman yang baik selama pendakian,
mewujudkan sebagian dari mimpiku tentang mendaki gunung, yang kini bukan lagi
hanya sekedar mimpi namun telah terlewati dengan sangat indah. Dalam sebuah
daftar impian yang aku punya, mendaki gunung adalah salah satu impian yang
ingin ku lakukan. Dan yeah, impian soal mendaki gunung itu terwujud di awal
November.
Tepatnya hari Jumat tanggal 7 November 2014 sore
sekitar pukul 15.30 kami berangkat dari Malang menuju Banyuwangi, tepatnya
gunung Kawah Ijen. Kami berangkat sore supaya bisa lihat blue fire di kawah
ijen dan bisa sampai di puncak sebelum matahari terbit. Perjalanan selama ke
Banyuwangi diwarnai canda tawa kami bertujuh. Hingga akhirnya sampai juga di
Kawah Ijen sekitar pukul 02.00 dini hari. Udara di Kawah Ijen dini hari sangat
dingin. Setelah bersiap-siap, kami langsung melakukan pendakian. Mendaki memang
tidak semudah mengucapkannya, apalagi bagi pendaki pemula seperti saya.
Pendakian awal berjalan dengan lancar hingga tiba di titik ekstrim ketika jalan
pendakian mulai menanjak dengan dahsyatnya. Satu persatu dari kami, kami akui
mulai ragu untuk melanjutkan pendakian. Saya sendiri sempat pucat saat berada
ditengah-tengah pendakian dan ingin muntah. Namun setelah beristirahat
sebentar, kami berhasil melanjutkan pendakian. Kuncinya, kita melangkah bersama
dan saling menguatkan hingga kita merasa benar-benar kuat dan harus bertahan.
Sampai pada akhirnya kita bertujuh berdiri dipuncak saat subuh sebelum matahari
terbit, melihat kilat-kilat blue fire, kawah ijen, sebuah pemandangan yang
sungguh luar biasa.
Pendakian berjalan memakan waktu kurang lebih 4 jam. Dalam
melakukan pendakian, memang banyak yang perlu dipersiapkan, saya kemarin kurang
persiapan terutama dalam segi kondisi fisik. Makanya pas pendakian sempat down
dan untungnya bisa melanjutkan pendakian. Di Kawah Ijen udaranya dingin sekali,
terutama pas dini hari, jadi kalo mau mendaki dini hari pake jaket, syal, topi,
kaos kaki, sepatu dan yang paling penting adalah masker. Soalnya di Kawah Ijen bakal
bau belerang yang baunya amat sangat menyengat dan itu berbahaya buat
kesehatan.
Oiyah, ini sedikit curhat sih, saya suka miris sama
temen-temen yang dasarnya uda pake hijab, tapi pas mendaki gunung hijabnya
dilepas. Gatau juga sih alasan pastinya mungkin salah satunya ribet kali ya. Eh
tapi by the way kita bisa tetep mendaki lho walaupun dengan berhijab. Pokonya
hijabnya simple aja sih biar gak ribet. Tapi ini kembali pada diri
masing-masing juga. Menurut aku malah lebih keren pendaki berhijab, kesannya
menunjukkan perempuan berhijab yang bisa mendaki itu tangguh dan semangatnya
tak terbatas. Siapa bilang perempuan berhijab gak bisa mendaki? Bisa dong.
Hijab bukan penghalang untuk melakukan hal apapun. Mendaki gunung sekalipun :D
Jalanan di Kawah Ijen berpasir jadi rawan terpeleset
terutama saat perjalanan turun. Baik saat mendaki maupun saat turun, sama
capeknya, sama menguras energinya tapi beneran deh keindahan kawah ijen mampu
membayar semuanya dan gak bakal ngrasa sia-sia. Oiya, sedia koyo ya, karena
setelah pendakian kemungkinan besar bagian pinggang sampai kaki akan terasa
berbeda alias nyut-nyutan. Kalo ga sempet mandi, sediain tisu basah buat ngelap
seluruh bagian tubuh biar langsung seger dan cantik. Jangan takut gara-gara
mendaki gunung cantiknya ilang, karena saat mendaki gunung, itulah kecantikanmu
yang sebenarnya. Tanpa make up dan natural.
Banyak yang gak nyangka saya yang bertubuh kurus dan
terlihat tak punya tenaga ini berhasil sampai puncak. Tapi pada dasarnya saya
memang punya passion pecinta alam, jadi saya nggak kapok kalo diajakin ndaki
gunung lagi. Saya berharap punya kesempatan untuk menahlukkan Mahameru. Jadi
plis buat yang mau mendaki ke Mahameru tolong ajak saya ya. Saya sedang
terobsesi untuk menahlukkan Mahameru. :)
Cerita belum berakhir sampai disini karena setelah
pendakian ke Kawah Ijen kami langsung mencicipi cerianya pantai Pulau Merah yang
terletak di Banyuwangi juga. Ah bisa bayangkan betapa bahagianya seonggok
daging yang punya nama ini. Berlarian diatas pasir pantai yang berhasil
diabadikan dalam potret. Tertawa lepas yang sejak beberapa minggu terakhir
tertahan di rahang. Tak lupa bersyukur dan memuji keindahanNya. Selepas dari
Pulau Merah kami langsung mencicipi nuansa sore di Gumitir cafe & resto
untuk mendulang senja. Disini saya menemukan fenomena baru bahwa di disekitar
Gumitir memang terdapat perkampungan
“peminta” yang membuatku bersyukur dan tersadar berulangkali dengan apa yang
sudah kumiliki. Setelah berpuas diri mendulang senja di Gumitir, kami
melanjutkan perjalanan kembali sepanjang malam. Meskipun cape, yang saya
rasakan adalah bahagia. Saya benar-benar menikmati perjalanan ini. Hingga hari
minggu dini hari sekitar jam 3 pagi kami tiba di pemandian air panas Pacet, di
Mojokerto. Bisa dibilang kami hampir mengelilingi pulau Jawa :D di tempat
inilah saya mengalami kedinginan yang membuat saya menggigil parah. Dan perjalanan
kami berakhir sampai disini. Setelah berendam air hangat kami kembali ke kota
Malang dengan selamat dan bahagia.
Oiya, ada cerita yang tertinggal, by the way aku uda
tau payton lho sama pelabuhan Ketapang. Gilaaa payton kalo malem bagus banget
kayak di film-film india. Aduh paling seneng kalo uda liat lampu-lampu
bertebaran gitu. Buat aku itu adalah pemandangan yang luar biasa romantis.
Ngelewatin ketapang jadi tau kalo mau ke Bali harus mampir ke Ketapang dulu
buat nyebrang. Duh kenapa sih Bali harus berseberangan? Kalo gak berseberangan
kan bisa sekalian jalan-jalan ke Bali. Hehe.
Itu pendakian pertamaku. Kalo pendakian pertamamu?
By the way, lain kali kita mendaki bersama yuk! :D
Sabtu, 15 November 2014 20.06 malem mingguan di
kamarku
Ini pas uda sampe puncak, sampenya pas subuh, tepat sebelum matahari terbit. |
Kawah Ijen dibelakangku :D |
Dari kiri: Arum, Deblong, Aku :) |
Itu aku lagi dipeluk Bundo sama Deblong |
Foto pose gitu berasa jadi Pecinta alam sejati |
Dari kiri: Bu rek, Aku, Adi, Fina, Deblong n Bundo, yang motret si Arum :D |
Ini di Pantai Pulau Merah. Itu aku yang kesenengen lagi dipotret sama Bu rek :D |