Rabu, 19 November 2014

Pendakian Pertamaku: Gunung Kawah Ijen Banyuwangi

Diposting oleh Riza Aftasony di 21.33 1 komentar


Hijab & my Passion

Pertama ucapan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan baik dalam segi kondisi fisik dan finansial untuk mencicipi indahnya gunung Kawah Ijen dan merasakan pahit manisnya pendakian. Alhamdulillahirabbilalamin. Fabiayyiaalairabbikumatukadziban. :)
 
Terimakasih untuk rekan-rekan yang sama-sama berjuang saat pendakian. Saling memberikan motivasi, saling membantu, saling bertukar senyum, saling menggenggam, seirama. Pak sopir sekaligus guide selama pendakian, cc: Adi (pacarnya Fina :D), Fina, Deblong, Bundo, Bu rek, dan si bungsu Arum :D Terimakasih telah menjadi teman yang baik selama pendakian, mewujudkan sebagian dari mimpiku tentang mendaki gunung, yang kini bukan lagi hanya sekedar mimpi namun telah terlewati dengan sangat indah. Dalam sebuah daftar impian yang aku punya, mendaki gunung adalah salah satu impian yang ingin ku lakukan. Dan yeah, impian soal mendaki gunung itu terwujud di awal November.

Tepatnya hari Jumat tanggal 7 November 2014 sore sekitar pukul 15.30 kami berangkat dari Malang menuju Banyuwangi, tepatnya gunung Kawah Ijen. Kami berangkat sore supaya bisa lihat blue fire di kawah ijen dan bisa sampai di puncak sebelum matahari terbit. Perjalanan selama ke Banyuwangi diwarnai canda tawa kami bertujuh. Hingga akhirnya sampai juga di Kawah Ijen sekitar pukul 02.00 dini hari. Udara di Kawah Ijen dini hari sangat dingin. Setelah bersiap-siap, kami langsung melakukan pendakian. Mendaki memang tidak semudah mengucapkannya, apalagi bagi pendaki pemula seperti saya. Pendakian awal berjalan dengan lancar hingga tiba di titik ekstrim ketika jalan pendakian mulai menanjak dengan dahsyatnya. Satu persatu dari kami, kami akui mulai ragu untuk melanjutkan pendakian. Saya sendiri sempat pucat saat berada ditengah-tengah pendakian dan ingin muntah. Namun setelah beristirahat sebentar, kami berhasil melanjutkan pendakian. Kuncinya, kita melangkah bersama dan saling menguatkan hingga kita merasa benar-benar kuat dan harus bertahan. Sampai pada akhirnya kita bertujuh berdiri dipuncak saat subuh sebelum matahari terbit, melihat kilat-kilat blue fire, kawah ijen, sebuah pemandangan yang sungguh luar biasa.

Pendakian berjalan memakan waktu kurang lebih 4 jam. Dalam melakukan pendakian, memang banyak yang perlu dipersiapkan, saya kemarin kurang persiapan terutama dalam segi kondisi fisik. Makanya pas pendakian sempat down dan untungnya bisa melanjutkan pendakian. Di Kawah Ijen udaranya dingin sekali, terutama pas dini hari, jadi kalo mau mendaki dini hari pake jaket, syal, topi, kaos kaki, sepatu dan yang paling penting adalah masker. Soalnya di Kawah Ijen bakal bau belerang yang baunya amat sangat menyengat dan itu berbahaya buat kesehatan.

Oiyah, ini sedikit curhat sih, saya suka miris sama temen-temen yang dasarnya uda pake hijab, tapi pas mendaki gunung hijabnya dilepas. Gatau juga sih alasan pastinya mungkin salah satunya ribet kali ya. Eh tapi by the way kita bisa tetep mendaki lho walaupun dengan berhijab. Pokonya hijabnya simple aja sih biar gak ribet. Tapi ini kembali pada diri masing-masing juga. Menurut aku malah lebih keren pendaki berhijab, kesannya menunjukkan perempuan berhijab yang bisa mendaki itu tangguh dan semangatnya tak terbatas. Siapa bilang perempuan berhijab gak bisa mendaki? Bisa dong. Hijab bukan penghalang untuk melakukan hal apapun. Mendaki gunung sekalipun :D

Jalanan di Kawah Ijen berpasir jadi rawan terpeleset terutama saat perjalanan turun. Baik saat mendaki maupun saat turun, sama capeknya, sama menguras energinya tapi beneran deh keindahan kawah ijen mampu membayar semuanya dan gak bakal ngrasa sia-sia. Oiya, sedia koyo ya, karena setelah pendakian kemungkinan besar bagian pinggang sampai kaki akan terasa berbeda alias nyut-nyutan. Kalo ga sempet mandi, sediain tisu basah buat ngelap seluruh bagian tubuh biar langsung seger dan cantik. Jangan takut gara-gara mendaki gunung cantiknya ilang, karena saat mendaki gunung, itulah kecantikanmu yang sebenarnya. Tanpa make up dan natural.

Banyak yang gak nyangka saya yang bertubuh kurus dan terlihat tak punya tenaga ini berhasil sampai puncak. Tapi pada dasarnya saya memang punya passion pecinta alam, jadi saya nggak kapok kalo diajakin ndaki gunung lagi. Saya berharap punya kesempatan untuk menahlukkan Mahameru. Jadi plis buat yang mau mendaki ke Mahameru tolong ajak saya ya. Saya sedang terobsesi untuk menahlukkan Mahameru. :)

Cerita belum berakhir sampai disini karena setelah pendakian ke Kawah Ijen kami langsung mencicipi cerianya pantai Pulau Merah yang terletak di Banyuwangi juga. Ah bisa bayangkan betapa bahagianya seonggok daging yang punya nama ini. Berlarian diatas pasir pantai yang berhasil diabadikan dalam potret. Tertawa lepas yang sejak beberapa minggu terakhir tertahan di rahang. Tak lupa bersyukur dan memuji keindahanNya. Selepas dari Pulau Merah kami langsung mencicipi nuansa sore di Gumitir cafe & resto untuk mendulang senja. Disini saya menemukan fenomena baru bahwa di disekitar Gumitir memang terdapat  perkampungan “peminta” yang membuatku bersyukur dan tersadar berulangkali dengan apa yang sudah kumiliki. Setelah berpuas diri mendulang senja di Gumitir, kami melanjutkan perjalanan kembali sepanjang malam. Meskipun cape, yang saya rasakan adalah bahagia. Saya benar-benar menikmati perjalanan ini. Hingga hari minggu dini hari sekitar jam 3 pagi kami tiba di pemandian air panas Pacet, di Mojokerto. Bisa dibilang kami hampir mengelilingi pulau Jawa :D di tempat inilah saya mengalami kedinginan yang membuat saya menggigil parah. Dan perjalanan kami berakhir sampai disini. Setelah berendam air hangat kami kembali ke kota Malang dengan selamat dan bahagia.

Oiya, ada cerita yang tertinggal, by the way aku uda tau payton lho sama pelabuhan Ketapang. Gilaaa payton kalo malem bagus banget kayak di film-film india. Aduh paling seneng kalo uda liat lampu-lampu bertebaran gitu. Buat aku itu adalah pemandangan yang luar biasa romantis. Ngelewatin ketapang jadi tau kalo mau ke Bali harus mampir ke Ketapang dulu buat nyebrang. Duh kenapa sih Bali harus berseberangan? Kalo gak berseberangan kan bisa sekalian jalan-jalan ke Bali. Hehe.

Itu pendakian pertamaku. Kalo pendakian pertamamu?
By the way, lain kali kita mendaki bersama yuk! :D

Sabtu, 15 November 2014 20.06 malem mingguan di kamarku 

Ini pas uda sampe puncak, sampenya pas subuh, tepat sebelum matahari terbit.

Kawah Ijen dibelakangku :D

Dari kiri: Arum, Deblong, Aku :)


Itu aku lagi dipeluk Bundo sama Deblong

Foto pose gitu berasa jadi Pecinta alam sejati


Dari kiri: Bu rek, Aku, Adi, Fina, Deblong n Bundo, yang motret si Arum :D

Ini di Pantai Pulau Merah. Itu aku yang kesenengen lagi dipotret sama Bu rek :D

 

Stroberi Note's Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea