Sabtu, 15 Oktober 2016

Diposting oleh Riza Aftasony di 10.15 0 komentar

Dilamar itu rezeki. Laki laki yang baik adalah laki-laki yang berani melamar. Dan perempuan yang baik adalah perempuan yang ikhlas menerima lamaran. Kata kata itu yang pernah ku baca di tumblr favoritku.

Rasanya masih belum percaya. Keluarga kami sudah merencanakan Pernikahan kami di akhir tahun 2016. Mungkin karena prosesnya yang terlalu cepat jadi rasanya seperti aneh dan tidak terdefinisi. Siapa sangka momentum mendebarkan itu akan aku lalui tahun ini. Subhanallah, Allah is the best of planners. Tetapi satu hal yang pasti, ada kebahagiaan didalamnya yang selalu aku syukuri hingga detik ini.

Perkenalanku dengan mas dimulai bulan september 2016. Sebenarnya aku tidak mengerti apa yang membawanya datang menujuku.  Padahal siapalah daku hanya remahan rempeyek mas, cantik tidak, kaya tidak, pintar tidak, soleha tidak juga. Tapi mas benar benar datang dengan tujuan. Nanti jika kami sudah sah menikah, aku ingin menanyakan padanya mengapa ia menujuku.

Taaruf kami yang sederhana, waktu itu mas datang bersama dua temannya yang salah satu dari temannya itu adalah tetanggaku. Beliaulah yang mengantar mas sampai pada rumah saudaraku yang akhirnya mempertemukan kami berdua. Kesan pertama saat bertemu dengan mas, aku tidak menemukan senyumnya. Yang aku lihat darinya adalah wajah yang dingin, tanpa senyum dan tenang. Aku bahkan heran sekali bagaimana bisa mas terlihat tenang sementara aku grogi sekali tidak karuan.

Setelah pertemuan pertama, kami bertukar nomor handphone. Kami mulai berkomunikasi lewat whatsapp. Kami hanya membahas hal hal penting. Mas itu orangnya to the point dan ngga basa basi. Jadi kalau mas ingin bertanya ia langsung ke pertanyaan inti. Jika sudah tidak ada hal yang perlu dibahas dan ditanyakan maka percakapan kami berhenti sampai disitu. Bahasa chattingnya juga dingin sekali, membuatku berprasangka pada mas dan aku menyesal sudah berprasangka.

Masih di bulan September 2016,  mas bertanya kepadaku, apakah ia boleh berkunjung ke rumahku. Hari itu hari senin malam selasa. Mas benar benar datang bersama keluarganya membawa tetelan dan bawaan lainnya. Mengutarakan maksud  tujuannya. Sekali lagi, selalu ada bahagia yang bisa disyukuri.

Hari pertama di bulan Oktober sabtu malam minggu, keluargaku yang berkunjung ke kediaman mas. Membalas kunjungan keluarga mas pada waktu itu. Ada perasaan bahagia, damai dan hangat saat salim dan berpelukan dengan ummi, ibu hebat yang melahirkan mas. Hari itulah ditetapkan tanggal pernikahan kami. Dan acara manis pada malam itu ditutup dengan sebuah cincin yang dipakaikan bibinya mas di jariku. Meskipun cincinnya kebesaran, tapi subhanallah terharu sekali rasanya.

Sejak hari itu, bagiku hari demi hari terasa sangat lama. Kami mulai membahas hal hal yang berhubungan dengan pernikahan lewat whatsapp. Tidak pernah telpon hanya chatt dengan whatsapp. Sekali lagi kami hanya membahas hal hal penting. Mas tidak pernah berkata cinta cintaan atau semacamnya seperti kebanyakan pasangan yang mau menikah. Memberi perhatian juga sekedarnya. Tapi mas adalah pria yang mengajakku menikah.

Semoga Allah mempermudah urusan pernikahan kita sampai hari H ya mas.
Aamiin.

Malang, 15 Oktober 2016

 

Stroberi Note's Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea